06 May 2013

Dilema Punya Suami Tukang Selingkuh

Rumah tangga yang aku bina sudah berjalan 21 tahun, aku dan suami sudah tidak muda lagi. Anak-anak juga sudah remaja dan sedikit-sedikit mulai paham tentang hidup. Sayangnya aku merasa suamiku mulai berubah beberapa tahun terakhir ini, tepatnya ketika usia perkawinan kami memasuki tahun ke 18.

Aku merasa suamiku sudah mulai main rahasia denganku. Sering kudapati sms di hp nya dari seorang wanita, dari curiga itu aku jadi tahu bahwa suamiku selingkuh dan memiliki seorang wanita idaman lain (wil). Tapi setiap kali kutanyakan, suamiku selalu bisa mengelak dan mengatakan itu cuma perasaanku saja.

Aku lebih banyak diam dan tidak berbuat apa-apa tapi jujur dalam hati aku merasa sakit. Dan sekarang sudah tiga tahun berlalu, aku sudah terbiasa dengan tingkah lakunya, rumah tangga kami tetap berjalan dan dia tetap bersama wanita selingkuhannya.

Aku seolah berada dalam situasi yang sulit, kadang aku memikirkan anak-anak sehingga malas bertindak tapi di sisi lain suamiku semakin keranjingan dengan selingkuhannya. Dia sering ke luar kota sampai berminggu-minggu, dan bahkan dia pernah tidak pulang selama dua bulan.

Dari informasi seorang teman kerjanya, aku tahu suamiku sering membawa WIL nya ke luar kota, itu sudah kuduga karena sering kudapati aksesoris wanita di mobilnya ketika dia pulang dari luar kota. Pernah aku temukan bando, giwang dan bros, bahkan aku pernah mendapat sekantong pakaian kotor wanita di mobil suamiku. Waktu kutanya ini pakaian siapa, dia bilang tidak tahu, karena malas ribut akhirnya aku diam saja.

Usiaku memang sudah tidak muda lagi, tahun ini aku menginjak 45 tahun. Tentu pembaca tahu bagaimana wanita seumuran aku di ranjang. Aku sudah tidak muda dan tidak bisa melayani suamiku dengan baik.

Ada rasa jenuh yang luar biasa, terkadang aku merasa sakit di dada jika melihat pasangan lain yang harmonis, mengapa hidupku tidak seperti mereka? dalam diriku berontak tapi jiwaku lemah. Saat malam tiba aku lebih sering menangis sendiri.

Mungkin aku bodoh, aku tidak lagi bisa menilai diri sendiri, yang kutahu saat ini hidupku harus tetap berjalan karena aku masih punya tanggung jawab terhadap anak-anak. Aku tidak tahu apa yang terbaik buatku, aku hanya bisa menjalani hidup ini dengan sabar dan harapan besar pada anak-anakku kelak.