23 March 2015

Keluargaku Tak Pernah Rukun

Namaku Bela, aku anak ke 3 dari 8 bersaudara, dulu waktu aku masih kecil aku tidak pernah merasakan atau melihat kerukunan kedua orang tuaku. Setiap hari mereka bertengkar. Dulu waktu itu kami masih berlima dan adik2 kami belum lahir, setiap hari aku melihat ibuku menangis karna ayahku selingkuh dan mabuk2an.

Setiap hari kami makan seadanya kadang tak pernah makan sama sekali. Di malam hari kami tidur tanpa kehadiran ayah, karna dia sibuk dengan judi dan mabuknya. Ibuku tiap hari hanya kerja sebagai pemulung padi tanpa ada rasa kasihan pada istri dan anak-anaknya, ayahku menjual padi2 hasil kerja keras ibuku.

Ayahku selalu kalah dalam berjudi sampe-sampe rumah yang kami tinggal dijual..pada waktu itu kami semua di usir oleh orang yang membeli rumah kami..waktu itu sekitar jam 6 sore kami semua pergi kerumah nenek kami melewati hutan rimba dulu kami masih kecil kami hanya bisa mengikuti perintah ayah.

Di sekolah aku murid paling cerdas, tapi semenjak aku diam di kampung A aku gak konsen karena aku dan kakak ke 2 ku harus pulang pergi lewat hutan rimba yang menghabiskan waktu satu jam waktu itu aku masih kelas 3 dan kakakku kelas 5.

Pada suatu hari kami semua di usir lagi oleh nenekku karna dia gak mau kami semua numpang dirumahnya. Sekitar jam 3 Kami semua pergi dari rumah nenekku dan melewati hutan rimba, kami hanya bisa bersabar karna kami tidak punya tempat tinggal lagi.

Setiba di kapung C kami menginap di tetangga dulu sampai akhirnya ayahku dapat rejeki dan membeli rumah itu. Di rumah itu kami hampir 7 tahun tinggal dan menghadapi suka dan duka. Sekolahku hanya sampai kelas 5 SD tapi guruku mengijinkan aku untuk ulangan kelulusan lalu aku ikut serta sampe akhirnya aku lulus dan kepala sekolahku menyuruhku untuk melanjutkan ke SMP tapi ayahku melarangnya karena gak ada biaya,lalu kakakku yang sudah bekerja sebagai pelayan toko mengajakku bekerja disitu lalu aku ikut kakaku bekerja.

Selama bekerja aku banyak sekali cobaan, sampai-sampai gaji pertamaku 40.000 lalu aku berikan pada ibuku, setiap hari kami bertiga hanya tulang punggung keluargaku, dan hutang-hutang ayahku ada dimana-mana. Setiap hari kami tak pernah melihat kedua orang tuaku harmonis mereka selalu bertengkar.

Sampai dirumah kami tidur tanpa ayah, dan malam itu ada orang yang nagih hutang ayahku yang sebesar 1 juta dia melempar kan batu kerumah kami di situ semua tetangga gak ada yang mau menolong,lalu kami berhasil keluar dengan bantuan keponakan ayahku..besok malam nya si penagih hutang datang dan mengancam akan membakar rumah kami,sampai akhi nya rumah kami pu di bakar,untung nya kami menginap di rumah ua.aku sangat sedih dan semuanya sedih. Sampai sekarang ke dua orang tuaku gak pernah akur.